NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Lepaskan Sumpekmu!

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Lepaskan Sumpekmu!

17/04/25



Sahabatku, pernahkah kamu merasa hidup ini kayak benang kusut. Udah dicoba ditarik pelan, makin nyangkut. Ditarik kenceng, malah putus. Nah, di tengah kekusutan pikiran dan kesumpekan hati, ada satu filsuf Jerman bernama Arthur Schopenhauer (1788–1860) yang kasih insight menarik. Orang ini dikenal sebagai filsuf pesimis, tapi uniknya, dari kepesimisannya itu dia nemuin tiga jalan buat menemukan kebahagiaan sejati — bukan yang palsu-palsu kayak likes medsos atau gaji yang cuma numpang lewat, wkwkwk.

Nah, tiga jalan itu adalah: Estetis, Etis, dan Asketis. Yuk kita bahas satu-satu, tapi tenang... kita bahasnya santai aja, kayak ngobrol di teras Café Therapy, sambil dengerin suara hujan.

 

1. Estetis: Menyelam ke Dunia Seni

Schopenhauer bilang, cara pertama melepaskan sumpek adalah dengan menikmati seni. Seni apa pun. Musik, lukisan, puisi, buku, bahkan sekadar duduk diam sambil menikmati indahnya hujan di jendela juga termasuk.

Kenapa? Karena saat kita menyerap keindahan, kita keluar dari keakuan kita. Kita berhenti mikirin “aku yang gagal”, “aku yang ditinggal”, “aku yang lelah”. Kita jadi mengalir bersama karya, larut dalam melodi, atau tenggelam dalam kata-kata.

Dalam NLP, ini mirip dengan dissociation—kita melepaskan diri sejenak dari masalah dan melihat hidup dari sudut pandang yang lebih luas, lebih tenang.

Coba deh: Main gitar, nulis puisi ngaco, baca ulang buku favorit. Biarkan seni mengalirkan energi segar ke dalam jiwa yang lelah. #eaaa :D

 

2. Etis: Menjadi Baik untuk Orang Lain

Cara kedua: hidup sesuai etika, berbuat baik, dan berkontribusi buat sesama. Menolong orang. Nyumbang tenaga, waktu, atau sekadar senyum tulus ke tukang parkir.

Schopenhauer percaya, saat kita melupakan diri sendiri dan fokus ke orang lain, kita menemukan makna. Di sinilah kebahagiaan lahir, bukan dari "apa yang aku dapat", tapi "apa yang aku beri".

Dalam dunia NLP dan hipnoterapi, ini selaras banget dengan prinsip reframing: mengubah fokus dari self-centered jadi purpose-centered. Dari “aku korban” jadi “aku kontributor”.

Coba deh: Lihat siapa yang bisa kamu bantu hari ini. Sekecil apa pun, bantuin orang lain itu seperti nyiram bunga di taman hatimu sendiri. #eaaaa lagi

 

3. Asketis: Kembali ke Tuhan

Nah, ini yang paling dalam: lari ke Tuhan. Schopenhauer menyebutnya “askesis” — hidup sederhana, penuh kesadaran, dan mencari kebahagiaan bukan dari luar, tapi dari dalam.

Zikir, muhasabah, meditasi, doa — semua ini adalah jalan menuju keheningan batin. Kita bisa bernafas perlahan, menyadari bahwa hidup ini bukan tentang balapan, tapi tentang perjalanan pulang.

Dalam mindfulness, ini disebut present moment awareness. Dalam NLP, ini masuk ke state management. Dan dalam terapi Dewa? Ya ini dia... saat kita benar-benar hadir dan berserah.

Coba deh: Ambil jeda. Tarik napas perlahan. Rasakan setiap hembusannya. Lalu ucapkan dalam hati, “Aku cukup. Aku tenang. Aku pulang.”

 

Sahabatku, kadang sumpek itu bukan karena hidup berat, tapi karena kita nggak tahu ke mana harus membawa beratnya.

Mau lari ke seni? Silakan. Mau berbuat baik? Hebat. Mau menyendiri bersama Tuhan? Indah. Yang penting, jangan simpan sumpeknya sendirian. Jalan keluar itu ada. Bahkan tiga!

Hikmahnya?
Hidup ini bukan tentang menghindari beban, tapi menemukan cara indah untuk membawanya.
Dan tiga cara dari Schopenhauer ini bukan sekadar teori, tapi pintu.
Pilih pintunya, dan temukan dirimu yang damai di dalamnya.

 

Yuk, mulai dari hari ini...  Mana yang mau kamu coba duluan? Estetis, Etis, atau Asketis?
Tulis aja di jurnalmu malam ini. Atau cerita ke aku. Siapa tahu, kita bisa temukan keindahan di balik kekusutan itu... bareng-bareng.

🌿
Salam hangat,

Dari seseorang yang juga pernah sumpek dan menemukan keajaiban dalam puisi dan pelukan sunyi:


-dewahipnotis-

 

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang