NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Kisah Beringin dan Semangka

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Kisah Beringin dan Semangka

21/04/25


Sahabatku, saya punya cerita lama yang masih relevan dengan dunia kita hari ini. 

Suatu hari, seorang petani pulang dari sawah. Punggungnya sudah mirip tanda tanya, bukan karena penasaran, tapi karena bungkuk. Sambil menyeka peluh di dahinya, ia memutuskan beristirahat di bawah rindangnya pohon beringin. Daunnya lebat, anginnya sejuk, suasananya syahdu. Kalau pohon itu bisa bicara, mungkin dia akan bilang, "Tenang, Mas. Saya sudah sediakan AC alami: semilir angin level turbo."  

Sambil rebahan, si petani memperhatikan pohon beringin yang berdiri gagah di atas tanah. Batangnya besar dan kokoh, akarnya seperti lengan-lengan Hulk yang menjulur ke tanah, dan daunnya... duh, bikin iri tanaman tetangga. Tapi yang bikin dia mikir adalah buahnya. Kecil. Iya, kecil banget. Bahkan lebih kecil dari niat kita bangun pagi waktu hari libur.

Petani itu mulai merenung sambil mengerutkan alisnya.
“Hmm... lucu juga ya. Pohon segede gaban begini, kok buahnya kecil? Nggak adil banget. Coba bandingkan sama semangka. Pohonnya kecil, menjalar ke sana kemari kayak nggak punya arah hidup... tapi buahnya? Wow! Segede harapan mantan yang nggak kesampaian.”

Dan dengan pikiran iseng—yang kadang muncul saat kita terlalu lelah atau terlalu merasa pintar—ia mulai meragukan komposisi Tuhan.
“Apa jangan-jangan Tuhan belum pernah kuliah desain struktur ya? Masak bikin pohon segede ini, buahnya cuman sebesar kelereng. Mestinya buah beringin itu kayak semangka, jadi makin keren dan gagah, ya toh?”

Namun, sebelum dia sempat membuat presentasi PowerPoint untuk mengkritik desain semesta, angin bertiup agak kencang. Dan plek!—sebutir buah beringin jatuh, mendarat di tengah keningnya seperti meteorit kecil.

Petani itu terperanjat, nyaris terlonjak seperti kena sengatan listrik PLN saat promo.
Sambil memegangi keningnya, ia tersadar.
“Astaghfirullahal ‘adzim... Ampuni aku, ya Allah. Engkau memang Maha Adil dan Maha Cerdas. Ternyata buah beringin kecil itu menyelamatkan keningku dari jadi bengkak semangka. Kalau tadi buah beringin segede semangka... mungkin aku udah masuk UGD tanpa BPJS.”

Ia tertunduk malu. Tidak karena malu pada orang lain, tapi malu pada dirinya sendiri... yang baru saja sok tahu pada Yang Maha Tahu.

Sahabatku,
Bukankah itu yang sering terjadi pada kita?  Betapa sering kita seperti si petani itu. Kita ini seringkali sotoy akut. Menilai sesuatu hanya dari kulitnya. Mengeluh karena tidak sesuai logika kita yang terbatas.  Mengomentari hidup seakan-akan kita ini CEO-nya semesta. Menyalahkan takdir karena merasa tahu komposisi yang lebih baik. Mengkritik hidup karena tak berjalan seperti rencana, padahal kita lupa: kita ini hanya penumpang di kapal yang dikemudikan oleh Nahkoda Agung.

Padahal... kalau kita jujur, ada banyak hal dalam hidup ini yang kita rasa “nggak masuk akal” di awal, tapi ternyata menyelamatkan kita di akhir. Seperti kegagalan yang membuat kita bertemu jalan lain. Seperti kehilangan yang membimbing pada pertemuan baru. Dan seperti buah beringin yang kecil, tapi membuat kita tetap punya dahi mulus buat selfie.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah: 216
"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Maka sahabatku, ketika sesuatu tidak sesuai harapanmu, jangan langsung protes. Karena bisa jadi itu adalah bentuk perlindungan dari Allah, seperti buah kecil yang menyelamatkan kening si petani. Jangan buru-buru menilai. Apalagi menuduh Tuhan kurang kerjaan atau kurang pertimbangan. Karena bisa jadi, yang kelihatan “nggak masuk akal” hari ini... adalah perlindungan tersembunyi dari Tuhan buat kita.

Sahabatku,
Coba hari ini, sebelum tidur malam... ucapkan dalam hatimu,
“Ya Allah, ajari aku untuk percaya pada-Mu. Ajari aku untuk tidak sok tahu. Ya Allah, ajari aku bersyukur, bahkan ketika aku tidak paham maksud-Mu. Bimbing aku untuk percaya, bahkan ketika jalan hidupku terasa aneh. Karena Engkau Maha Tahu, dan aku hanya manusia yang sering kebanyakan asumsi. Dan jika Engkau timpakan sesuatu dalam hidupku, biarlah itu buah beringin... jangan semangka.”

Dan jangan lupa—besok kalau berteduh, tetap waspada. Meskipun Tuhan Maha Penyayang, tapi beringin tetap terpengaruh gravitasi.

Kalau kamu suka kisah ini, bagikan ke sahabatmu yang sedang mempertanyakan jalan hidupnya. Siapa tahu, dia butuh ditampar lembut oleh buah beringin juga.

Dengan cinta, tawa, dan secercah cahaya,
Dewa Hipnotis – Storyteller Sejati dari Kening yang Tak Jadi Bengkak

www.thecafetherapy.com
-----

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang