"Kata Mama, mestinya gini, bukan gitu Kakak!"
"Tapi, kata Mama kemarin nggak gitu lho Dik!"
Sahabatku yang budiman,
Pernahkah telinga Anda disuguhi perdebatan manja macam dua kalimat di atas dari si kecil di rumah? Yang satu berlagak ustadz, yang lain seperti pengacara senior, dan keduanya bersandar pada satu referensi yang tak terbantahkan: "kata Mama!"
Lucu ya? Tapi, di balik kelucuan itu, saya melihat ada potensi kekuatan besar... atau bencana besar—tergantung dari siapa dan apa yang dikatakan Mama itu.
Nah, mumpung masih dalam nuansa hari Kartini, izinkan saya menuliskan sebuah hal sederhana berkaitan dengan ras terkuat di bumi, namun memiliki implikasi luar biasa dalam perkembangan mental sebuah bangsa.
'Mama: Pendidik Pertama dan Terpenting'
Mari kita tarik napas sejenak dan menyelami sejenak ke dalam ilmu perkembangan moral anak. Dalam psikologi perkembangan, Lawrence Kohlberg menyebut bahwa tahapan awal pembentukan moral anak bersumber dari otoritas yang dipercaya. Dan siapa tokoh otoritas pertama dalam hidup anak?
Yup. Mama.
Bahkan dalam Islam, seorang ibu disebut dengan penuh hormat sebagai "al-madrasah al-ūlā" — sekolah pertama bagi anak-anaknya. Apa yang keluar dari mulut Mama adalah pelajaran pertama dalam hidup. Dan seringkali... paling membekas!
Jadi kalau dari kecil anak sering dengar kata-kata:
"Jangan nangis! Memalukan!"
"Tuh kan! Kamu emang nggak bisa apa-apa!"
"Diam! Jangan banyak nanya!"
Maka ia akan tumbuh dengan core belief seperti:
“Aku lemah,”
“Aku memalukan,”
“Aku nggak pantas bersuara.”
Nah lho. Itu bukan hipnotis ala panggung, tapi hipnotis kehidupan dari Mama tercinta.
'Kata Mama adalah Skrip Bawah Sadar'
Sebagai seorang hipnoterapis, saya sering menangani klien yang ternyata trauma batinnya bukan karena perang dunia, bukan juga karena kecelakaan, tapi... karena kata Mama.
Seorang wanita dewasa yang tidak pernah merasa cukup cantik, ternyata dulu sering dibandingkan Mama-nya dengan si sepupu: “Coba kamu kayak si Tika, rapi dan anggun. Kamu kok kayak anak kampung!”
Lalu ada pria dewasa, sukses secara finansial tapi minder luar biasa saat bicara di depan publik, karena waktu kecil sering dibilang: “Kamu tuh malu-maluin kalau ngomong!”
Lidah Mama, rupanya bisa jadi pena tak kasat mata yang menulis takdir di bawah sadar anak-anaknya.
'Tapi Sebaliknya... Kata Mama juga Bisa Menjadi Mantra Suci'
Untungnya, tidak semua Mama ‘menghipnotis negatif’. Ada Mama-Mama luar biasa yang kata-katanya jadi afirmasi sakti:
“Kamu anak hebat, walau salah tetap Mama sayang.”
“Coba lagi ya, Mama yakin kamu bisa.”
“Gagal itu biasa, menyerah itu bukan kamu.”
Nah... bayangkan kalau anak-anak kita tumbuh dengan “Kata Mama” seperti itu. Bangsa ini akan penuh dengan anak tangguh, bukan cuma cerdas IQ-nya, tapi juga sehat mentalnya.
Karena sejatinya, kata-kata ibu adalah fondasi batin sebuah generasi. Dan ingat, generasi membentuk peradaban. Maka benarlah jika dikatakan: Kata Mama bisa menentukan arah bangsa.
'Sisipan Humor: Karena Mama Juga Manusia'
Jangan terlalu tegang, yuk kita santai sedikit.
Saya pernah mendengar percakapan polos seperti ini:
Bungsu: “Kak, Mama bilang kalo bohong nanti hidungnya panjang.”
Sulung: “Iya, itu kayak Pinokio.”
Bungsu: “Tapi kok Papa bohongin Mama, hidungnya masih pesek?”
Ups. Mama memang selalu benar... sampai anak mulai bisa berpikir kritis. Maka penting bagi Mama untuk menjaga konsistensi kata dan perbuatan. Karena anak adalah peniru ulung, bukan hanya pendengar manis.
'Peradaban Dimulai dari Pelukan Mama'
Sahabatku,
Saat seorang ibu berkata dengan cinta dan kesadaran, ia sedang membangun masa depan bangsanya. Maka berhati-hatilah dengan “Kata Mama”, karena itu bukan sekadar kalimat—itu bisa jadi doa, bisa jadi skrip hidup, atau bisa jadi kutukan bawah sadar yang tak pernah mereka sadari.
'Ayo Jadi Mama yang Sadar Kata'
Untuk para Mama (dan Papa yang membaca ini), yuk mulai sadari kata-kata kita. Kata-kata adalah energi. Kata yang tepat ketika diucapkan oleh orang yang tepat akan menghasilkan perilaku yang tepat.
Sebaliknya, meskipun dikatakan oleh orang yang tepat, jika kata itu tidak tepat (bernuansa negatif, makian, sumpah serapah) akan menghasilkan perilaku yang tidak tepat.
Dan di dunia hipnoterapi, energi itu tak pernah netral—selalu membawa arah: bangun atau runtuh.
Mari pilih kata-kata yang:
- Menyuburkan rasa percaya diri
- Menguatkan karakter positif
- Menumbuhkan keberanian dan kasih sayang
Karena sesungguhnya, bangsa yang besar lahir dari kata-kata kecil yang diucapkan Mama dengan kesadaran penuh cinta.
Salam dari Dewa,
yang percaya bahwa pelukan Mama dan kata-katanya bisa menjadi jalan pulang terbaik bagi dunia yang mulai lelah. #eeaa