Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Semoga keselamatan dunia akhirat, rahmat Allah tercurah untuk kita semua. Aamiin.
Sahabatku yang berbahagia, saya punya sebuah fragmen iseng di kepala saya. Seandainya suatu hari, seseorang melempar api ke rumah Anda, dan rumah Anda mulai terbakar. Apa yang akan Anda lakukan pertama kali?
Rasionalnya, kita akan memadamkan api itu lebih dulu agar rumah tidak hangus. Karena jika kita memilih langsung mengejar pelaku tanpa memadamkan api, rumah kita akan habis terbakar. Logis, bukan?
Bagaimana jika fragmennya kita bikin makin iseng? Mari kita ganti api fisik itu dengan 'api amarah' yang dilemparkan ke hati kita. Ketika seseorang menyakiti kita, dengan kata-kata atau perbuatan, hati kita sering kali terbakar oleh emosi bukan? Apa reaksi kita? Rerata, kita langsung mengejar pelakunya—ingin membalas dendam, memberi pelajaran, atau sekadar melampiaskan rasa sakit.
Dan sadarkah Anda, apa yang terjadi selama proses itu? Hati kita semakin terbakar, pikiran jernih tergantikan oleh emosi, dan kedamaian diri menguap begitu saja. Hati kita hangus dengan sempurna.
Sahabatku, padahal Allah SWT sudah memberikan nasihat luar biasa dalam Al-Qur'an:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 133-134)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa menahan amarah bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan sejati. Namun, bagaimana caranya agar kita bisa memadamkan api itu sebelum melangkah lebih jauh?
'Apa yang Terjadi Jika Amarah Dibiarkan?'
Ketika kita membiarkan amarah menguasai, hati kita adalah korbannya. Amarah yang tak terkendali ibaratnya adalah api liar. Dia akan menghanguskan logika, merusak hubungan, dan menghancurkan kedamaian diri.
Sebagai hipnoterapis, saya sering bertemu dengan orang-orang yang terjebak dalam lingkaran ini. Mereka memendam rasa sakit, kecewa, dan marah, hingga akhirnya hidup mereka menjadi seperti rumah yang hangus. Amarah yang dibiarkan tidak hanya menyakiti orang lain, tetapi juga diri sendiri.
Sebuah studi psikologi menunjukkan bahwa memendam atau meluapkan amarah tanpa kendali bisa memicu gangguan kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, insomnia, hingga kecemasan kronis. Maka, langkah pertama yang harus kita ambil adalah belajar memadamkan api amarah itu.
'Bagaimana Memadamkan Api Amarah?'
Sahabatku, saya percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk mengendalikan pikirannya, termasuk emosinya. Berikut tiga langkah sederhana yang bisa Anda praktikkan:
- Pause dan Tarik Napas
Ketika emosi mulai memuncak, hentikan segala reaksi. Tarik napas dalam-dalam beberapa kali, dan fokuskan perhatian pada pernapasan Anda. Teknik ini adalah bagian dari mindfulness, yang membantu kita kembali ke saat ini dan menjernihkan pikiran.
- Alihkan Fokus ke Penyembuhan Hati
Ingat, tujuan utama Anda adalah melindungi "rumah hati" dari kebakaran yang lebih besar. Bertanyalah pada diri sendiri: “Apa yang saya dapat jika terus membiarkan amarah ini?” Dengan memprioritaskan ketenangan, Anda menghindari keputusan impulsif yang bisa merugikan diri sendiri.
- Gunakan Perspektif Pemaafan
Memaafkan bukan berarti membenarkan kesalahan orang lain. Sebaliknya, ini adalah cara untuk melepaskan beban amarah yang merugikan diri kita. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi yang mampu menahan dirinya ketika marah.”
'Jadilah Pemadam Api Hati'
Sahabatku yang berbahagia, mulai sekarang, ketika ada yang "melempar api" ke hati Anda, ambil jeda. Padamkan api itu lebih dulu sebelum Anda bereaksi. Jangan biarkan hati Anda terbakar habis hanya karena emosi sesaat.
Ketika Anda mampu mengendalikan amarah, Anda sedang menunjukkan kekuatan terbesar seorang manusia: kekuatan untuk menjaga kedamaian dalam dirinya. Jadi, jadilah pemadam api hati, karena hati yang tenang adalah landasan hidup yang bahagia.
Ingatlah selalu firman Allah SWT, bahwa Dia mencintai orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan. Karena sejatinya, kedamaian bukanlah tentang dunia di luar kita, melainkan dunia yang kita bangun di dalam diri kita.
Semoga bermanfaat
Tabik
-dewahipnotis-