Tadi malam saya nonton film bergenre psikologi yang berjudul A Beautiful Mind. Film yang dibintangi Russell Crowe dan dirilis pada tahun 2001 ini berhasil memborong empat Piala Oscar. Termasuk di antaranya dalam kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Skenario Adaptasi Terbaik, dan Aktris Pendukung Terbaik. A Beautiful Mind merupakan film yang diadaptasi dari kisah nyata seorang matematikawan peraih nobel bidang ekonomi bernama John Forbes Nash Jr. Ia memberikan kontribusi mendasar pada teori permainan, geometri diferensial, dan studi tentang persamaan diferensial parsial. Kisah hidup Nash itulah yang menjadi inspirasi untuk dibuat menjadi buku dan film.
Penulis buku A Beautiful Mind,
Sylvia Nasar pertama kali menerbitkan buku berjudul A Beautiful Mind pada tahun
1998. Barulah di tahun 2001 sutradara Ron Howard mengadaptasi novel tersebut
menjadi film bergenre psikologi ini.
John Forbes Nash (Russel Crowe) adalah
mahasiswa baru pascasarjana di Universitas Princeton, yang juga penerima
penghargaan Carnegie, penghargaan bergengsi dalam bidang matematika. Sebagai
mahasiswa baru, Nash terbilang sangat
unik sekaligus aneh, dia tidak terlalu menyukai kelas, kurang bersosasialisasi
dengan rekan-rekannya, plus arogan dan tak mau kalah dalam berdebat.
Satu-satunya teman yang mampu memahami perilaku Nash adalah Charles (Paul
Bettany) yang merupakan teman sekamar Nash. Sikap percaya diri Nash yang tidak
mau mengekor pemikiran ilmuwan lain membuatnya kesulitan mendapatkan tema
disertasi untuk mendapatkan gelar doktor, hingga ia mendapatkan ide untuk
membuat sebuah konsep untuk menentang konsep ekonomi Adam Smith yang saat itu
banyak digunakan.
***
Setelah lulus dari Pricenton,
Nash kemudian bekerja sebagai pengajar di MIT (Massachusetts Institute of Technology),
sementara Charles mengajar di Harvard. Di
MIT, Nash jatuh hati pada seorang mahasiswi cantik nan cerdas bernama Alicia
(Jennifer Connelly) dan tanpa ragu Nash melamar Alicia setelah beberapa lama
menjalin hubungan istimewa. Karena keahliannya dalam memecahkan kode rahasia,
suatu hari Nash diminta ke Pentagon untuk membantu memecahkan sandi pihak
Rusia. Di Pentagon, Nash bertemu dengan seorang agen rahasia bernama Parcher
(Ed Harris). Melalui Parcher ia kemudian diperkenalkan pada sistem pemecah kode
rahasia untuk menjaga keamanan negara dari serangan pihak luar. Bahkan Nash
kemudian direkrut untuk menjadi salah satu bagian dari tim pemecah kode rahasia
tersebut. Tugas Nash adalah mengungkap kode rahasia yang mungkin terselip di
tulisan-tulisan media cetak dan harus mengirimkan laporannya secara rahasia
pula.
Nash kembali bertemu dengan
Charles yang kali ini datang membawa keponakanya bernama Marcee (Vivien
Cardonne), ketika menjadi dosen tamu di Harvard. Namun ketika dia melihat beberapa
orang asing memasuki ruang kuliah, dia menjadi paranoid dan kemudian melarikan
diri karena mengira bahwa mereka adalah mata-mata pihak Rusia yang akan
menginterogasi Nash mengenai project rahasianya. Padahal rombongan tersebut merupakan
tim psikiater Dr. Rosen (Christopher Plummer), yang sudah mendapatkan informasi
mengenai keanehan yang terjadi pada Nash. Karena berusaha melawan petugas RS,
Nash terpaksa dibius secara paksa dan dilarikan ke RS jiwa. Setelah insiden
itu, Dr. Rosen memberitahu Alicia kalau Nash ternyata mengidap skizofrenia. Yang
mengejutkan, ternyata Charles, Marcee dan William Parcher hanyalah imajinasi Nash belaka.
Setelah dirawat di RSJ selama 3
tahun, akhirnya Nash diijinkan untuk mendapatkan perawatan rumah dengan tetap
melakukan pengobatan dan kontrol ketat dari Alicia. Namun rupanya Nash tidak
pernah meminum obat yang selalu diberikan Alicia, sehingga kemudian delusinya
kembali muncul. Terbukti dengan munculnya Parcher dan Nash mulai melakukan
aktivitas pemecahan kode di sebuah rumah kosong di belakang rumah mereka.
Alicia mengetahui hal ini ketika dia mengangkat jemuran dan tak sengaja melihat
pintu rumah kosong tersebut terbuka. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat
rumah tesebut penuh dengan guntingan koran dan majalah. Segera dia berlari
menuju rumah, karena saat dia mengangkat jemuran tadi Nash bertugas memandikan
anak mereka. Benar saja, saat Alicia sampai di rumah, bayi mereka nyaris
tenggelam di bathup. Nash beralasan bahwa ada Charles yang menunggui anak
mereka.
Ada satu titik balik di mana Nash
menyadari bahwa Marcee, Charles dan Parcher merupakan delusinya, karena dia
melihat bahwa Marcee tidak bertumbuh dewasa selama beberapa tahun menghantuinya.
Namun dia menolak untuk mebali ke RSJ, karena dia merasa di sana kompetensinya
tidak berkembang. Akhirnya dengan bantuan kawan kuliah yang sudah menjadi Dekan
di Princeton, Nash bisa kembali ke dunia akademis, awalnya hanya duduk-duduk
saja di perpustakaan. Saat itu gangguan dari tokoh delusinya masih sering
mengganggunya. Namun kecintaannya pada matematika dan dunia kampus membuat Nash
mampu bertahan, kembali menjadi dosen, bahkan pada akhirnya dia mampu
mendapatkan hadiah nobel tersebut.
Dalam salah satu adegan,
sahabatnya bertanya apakah tokoh-tokoh delusi itu sudah hilang, dan dijawab
bahwa mereka selalu ada. Maka bagaimana Nash mampu mengatasinya? Rupanya Nash
hanya membiasakan diri terhadap ketiga sosok delusinya tersebut, dan
mengabaikan mereka, tidak mau menanggapi lagi seperti waktu lampau. Bahkan ada
sebuah adegan lucu, ketika petugas Yayasan Nobel mengunjungi Nash di kampus,
Nash bertanya kepada salah satu mahasiswinya apakah orang tersebut nyata!
***
Sahabat pembelajar yang
berbahagia, kisah nyata di atas menunjukkan bahwa gangguan jiwa bisa menimpa
siapa saja, dan dengan usaha keras ternyata gangguan tersebut mampu diatasi. Menurut
American Psychiatric Association (APA), skizofrenia adalah gangguan jiwa berat
yang menyerang fungsi otak sehingga penderitanya mengalami gangguan delusi,
halusinasi, berbicara tak beraturan, dan masalah dalam berpikir, serta
kurangnya motivasi. Data dari WHO, skizofrenia menyerang 20 juta orang di
seluruh dunia. Namun, skizofrenia dapat disembuhkan dengan obat dan dukungan
psikososial yang efektif.
Apakah Profesor Nash hidup
normal? Tentu saja sangat normal dalam artian new normal. Dan di akhir film itu
Prof. Nash menyatakan bahwa dia mampu mengatasi semua kegilaan dan tantangan
hidupnya berkat dukjungan sepenuh hati dari Alicia, istri yang sangat
mencintainya.
Semoga bermanfaat
Tabik
-haridewa-
Happy Counsellor