Menjadi terapis adalah sebuah pilihan jalan hidup tersendiri. Tidak semua orang sanggup menjalaninya. Dengan kompetensi unik bisa memberdayakan orang lain, maka tak heran jika kemudian banyak orang yang menggantungkan situasi dan kondisinya kepada kita. Bahkan terkadang para klien itu melakukan over expectation kepada kita. Mereka pikir kita pasti berhasil membantunya, tak peduli apapun situasinya.
Dalam kelas-kelas terapi seperti Advanced Hypnotherapy dan NLP, saya selalu menekankan bahwa tugas kita adalah memberdayakan klien, bukan sebaliknya memperdayakan mereka. Apa maksudnya?
Dalam NLP ada sebuah presuposisi luar biasa mengenai kondisi setiap orang yaitu bahwa dalam diri kita sudah terdapat semua sumberdaya untuk sukses (sembuh/berdaya), kita hanya perlu mengenali, memperkuat dan mengurutkannya. Maka ketika ada seorang klien datang kepada kita dan mengutarakan kondisinya (yang sedang tidak berdaya saat itu), ingatlah presuposisi tadi. Mereka merasa tidak berdaya hanya karena belum mengenali sum-berdaya mereka. So, tugas kitalah mengenalkan mereka kepada sum-berdayanya tadi.
Bagaimana kita bisa mengenali sumberdaya mereka? Jawabannya adalah lakukan pre induction talk sebelum melakukan sesi terapi. Dalam pre induction talk ada beberapa tahapan yang mesti dilakukan sbb:
- Building Rapport atau menjalin hubungan demi tercapainya keterhubungan bawah sadar (Sub conscious connected) antara terapis dengan klien. Tujuan dari langkah ini adalah mendapatkan TRUST klien.
• Exploring Client Modalities atau mencari tahu preferensi klien dalam menerima informasi dari dunia luar. Apakah dia dominan Visual, Auditori ataukah Kinestetik
• Hypnotherapy Training adalah penjelasan logis mengenai proses dan keseluruhan sesi terapi.
• Suggestibility Test yang merupakan serangkaian tes sederhana untuk mengetahui apakah klien itu memiliki tingkat sugestivitas tinggi, menengah atau rendah
Secara agak ekstrem bahkan saya selalu berpesan untuk tidak melakukan terapi sebelum melakukan pre induction talk.
Tapi apakah pesan saya tadi mutlak hukumnya?
-----------------
Sahabatku yang berbahagia, suatu malam saya sedang berada dalam mobil bersama team menuju Jakarta, sepulang dari pelatihan di Purwokerto. Tetiba saja masuk telepon dari nomor tak dikenal. Dan ketika saya angkat teleponnya, di seberang sana terdengar suara seorang perempuan muda yang sedang mengalami kepanikan.
"Halo, ini dengan Pak Hari?"
"Betul Mbak, apa yang bisa saya bantu?"
"Pak, tolong saya Pak. Saya bisa mati kalau Bapak tidak segera menolong saya. Please, tolong saya sekarang Pak!"
Suara di seberang telepon itu membombardir saya laksana senapan uzi, nyaris tanpa memberikan saya kesempatan untuk bicara.
"Sebentar Mbak. Boleh tahu nama Mbak siapa. Dan tahu nomor saya dari mana, dan situasi apa yang sedang dialami?", saya berusaha memotong serbuan panic attack yang sedang dialami oleh perempuan muda tadi.
"Nama saya Bunga (bukan nama sebenarnya), saya takut mati Pak Hari. Saya mendapat nomor Bapak dari guru saya, Pak Anu (juga bukan nama sebenarnya). Katanya Bapak pasti bisa membantu saya" ujar perempuan tadi dengan nada masih penuh kecemasan.
Begitu klien tadi menyebut nama Pak Anu sebagai referensor saya, maka saya langsung membimbing klien tadi membuat WFO (Well Formed Outcome):
"Bismillahir rahmanir rahiim, saya yakin atas ijin Allah, sebentar lagi saya bisa merasa tenang dan damai begitu selesai sesi terapi. Aamiin"
Kemudian saya langsung meminta klien ini masuk ke kamar, rebahan dengan tiga bantal mengganjal kepalanya. Saya juga minta dia untuk menggunakan headset agar semua suara saya bisa masuk ke kepalanya, sementara tangannya saya minta untuk menempel pada mic headsetnya. Guna dari tangan ini adalah sebagai ganti ideo motor response. Jadi setiap kali selesai memberikan sugesti, saya minta dia untuk mengetuk mic tadi jika dia setuju dengan sugesti saya.
Lebih kurang setengah jam saya memandu klien tadi untuk mengenali si tenang dan damai dalam dirinya, sampai kemudian ketika saya bangunkan lagi, dia sudah bisa bercerita dengan kondisi yang lebih tenang.
"Terimakasih Pak Hari, sudah mau membantu saya. Boleh gak saya minta satu hal lagi?"
"Tentu boleh. Apa itu Mbak Bunga?"
"Berapa nomor rekening Pak Hari"
Alhamdulillah.....
-----------------------
Sahabatku yang berbahagia, dalam kasus malam itu saya tidak melakukan pre induction talk. Saya langsung membimbing klien untuk membuat goal dan melakukan terapi? Lho kok bisa?
Sebenarnya inti dari pre induction talk ada pada Building Rapport, atau menjalin kedekatan emosional. Ketika terapis dan klien sudah mengalami kedekatan emosional, maka akan terjalin rasa percaya (trust) secara timbal balik. Klien percaya terapisnya, dan terapis percaya kepada kliennya. Ini penting, karena dengan hubungan vice-versa ini maka terciptalah pusaran energi positif (disingkat epos) atau lingkaran malaikat. Jika salah satu saja tidak memberikan rasa percayanya, maka yang muncul adalah pusaran energi negatif (disingkat eneg) atau lingkaran setan.
Dan ketika klien sudah percaya kepada terapis, maka secara otomatis apapun yang dikatakan oleh terapis langsung menjadi kenyataan dalam pikiran klien. Kemudian dengan menanamkan future pacing, maka apapun yang berhasil menjadi kenyataan dalam pikiran klien, juga menjadi kenyataan dalam kehidupan mereka.
Dalam kondisi biasa, diperlukan beberapa teknik khusus untuk melakukan building Rapport, seperti mirroring dan matching. Namun dalam kasus malam itu proses building rapport mengalami by passed, dengan adanya referensi dari satu sosok yang juga sangat dipercaya oleh klien saya tadi.
Kalau gitu ente plin plan dong?
Bukan plin plan Bro, tapi fleksible. Bukankah itu merupakan salah satu pilar NLP?
Wah, bisa panjang nih kalau dilanjutkan dengan membahas pilar NLP. Mending join saja di kelas online saya tgl 3-7 Juni ini, jam 13-16 WIB. Masih ada seat kok.....
Tabik ah
-haridewa-
Happiness Life Coach
NNLP Master Trainer