Ada sahabat saya seorang Ustadz, bisa dibilang kyai-lah karena sudah punya pesantren dan banyak santrinya.
Dia termasuk Kyai yang tidak percaya dengan ilmu hipnosis, meski bukan juga yang mengharamkannya.
Suatu hari saya silaturahim ke pesantrennya, dan kami berdiskusi mengenai fenomena hipnosis ini. Beliau sangat yakin bahwa beliau tidak bakal bisa dihipnosis. Sayapun menyatakan bahwa saya tidak bakal sanggup menghipnosis beliau.
Apa yang saya lakukan? Saya hanya bertanya ritual apa yang sering dilakukan jika malam hari. Dzikir malam, katanya.
"Mas Ustadz, apa yang dirasakan kalau sedang berdzikir tengah malam begitu?"
"Tenang dan damai"
"Boleh enggak sekarang dicontohkan di sini apa yang biasa Mas Ustadz lakukan kalau malam?", saya memancing Pak Kyai ini. Sementara itu di depan beliau banyak juga santri yang ikut ngobrol.
Hening sejenak. Jemari sahabat saya itu kemudian memutar tasbih, dan mulutnya mulai berkomat kamit melantunkan dzikir.
Saya hanya mengamati saja, dan sekitar lima menit kemudian saya berkata dengan agak berbisik.
"Entah kenapa dari sudut kanan atas Mas Ustadz muncul kabut berwarna putih. Pelahan namun pasti kabut tersebut turun ke hadapan Mas Ustadz, dan dalam hitungan detik kabut tadi menjelma menjadi satu sosok wanita, yang selama ini sangat Mas Ustadz rindukan. Yaaa, rupanya itu adalah ibunda yang sudah lama tak bersua. Ambil tangannya dan cium. Peluk dirinya, dan ungkapkan kerinduan Mas Ustadz"
Saya perhatikan tangannya bergerak seolah sedang menyalami seseorang di depannya. Kemudian dia melakukan apa yang saya katakan. Mencium tangan dan seolah memeluk satu tubuh. Yang saya tidak menduga adalah ketika dia kemudian menangis terisak-isak sambil menyebut nama ibundanya.
Saya biarkan peristiwa ini berlangsung beberapa saat. Para santrinya pada kebingungan melihat apa yang sedang terjadi dengan pak Kyainya. Saya hanya memberi tanda agar mereka tidak mengganggu.
Setelah saya lihat tangisnya mereda, saya berikan sugesti terminasi, "Sekarang tarik nafas panjang. Dan dalam hitungan ketiga silakan buka mata dengan membawa perasaan sehat dan bahagia. Satu, dua dan tiga"
Sahabat saya mengerjapkan mata, membasuh airmatanya, dan bertanya, "Apa yang terjadi tadi. Aku tidak terhipnotis khan?"
"Ooo, tentu tidak. Itu tadi fenomena khusyuk. Dan situasi itu terjadi atas kehendak Mas Ustadz sendiri, bukan karena pengaruh saya"
"Termasuk kehadiran Ibu tadi?"
"Iya. Itu luapan kerinduan seorang anak kepada ibundanya, buka karena sugesti saya. Kami ini para hipnotis tidak memiliki kuasa apapun atas diri suyet. Kami hanya fasilitator. Suyetlah yang memutuskan untuk melakukan atau menolak sebuah sugesti"
"Tuh, kan jadi bener bahwa aku tidak bisa dihipnotis!" ujar sahabat saya tadi dengan bangga.
Saya hanya tersenyum simpul, diikuti oleh beberapa santrinya.
Tabik
-haridewa-
Happiness Life Coach
Professional Hypnotherapist
