Tahukah Kawan, bahwa ternyata otak manusia memerlukan energi yang sangat besar ketika beroperasi (berpikir). Ketika kita memikirkan sebuah situasi, memutuskan untuk memilih sesuatu, atau sekedar melakukan sebuah aktifitas, semua itu akan dimulai dari sebuah proses kodifikasi perintah di dalam otak kita. Selain memerlukan energi yang besar, tumpukan aktifitas yang mesti diselesaikan secara simultan tersebut bisa memperlambat kinerja otak kita. Oleh karena itu, otak membuat sebuah sistem agar penggunaan energinya bisa efisien, yaitu dengan membagi kinerja otak (pikiran) menjadi Pikiran Sadar/PS (conscious mind) dan Pikiran Bawah Sadar/PBS (subconscious mind)
Pemaparan mengenai pembagian tugas otak ini muncul pertama kali dalam studi psikonalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dalam studi itu, Freud meyakini bahwa porsi terbesar yang menentukan kehidupan manusia justru ada di PBS. Otak kita senantiasa berusaha agar segala aktifitas harian kita bisa beroperasi dengan otomatis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi dalam penggunaan energi ke otak. Maka hampir semua proses metabolisme tubuh diatur oleh sistem otomasi ini. Beberapa ketrampilan yang sudah sering kita lakukan, kebiasan baik maupun buruk juga sudah akan berjalan dengan autopilot
Dengan porsi PBS sebesar 88% maka memang wajar manusia sering disebut sebagai mahluk bawah sadar. Nah, meski kita ini sering disebut mahluk bawah sadar, namun masih banyak yang tidak ngeh, seperti apa sih PBS itu?
***
Jadi gini friend, kalau menurut saya PBS itu ibarat satpam komplek perumahan mewah. Lho kok gitu?
Coba perhatikan ketika kita pertama kali ada tamu asing bertandang ke sebuah komplek perumahan mewah, yang pastinya setiap gerbangnya ditunggu oleh 1-3 satpam, tamu tadi akan ditanya dan diperiksa dengan seksama oleh para satpam tadi. Tidak mudah bagi tamu tadi untuk bisa memasuki komplek tersebut. Hanya ketika tamu tadi memiliki tujuan serta alasan yang jelas serta masuk akal bagi para satpam, maka tamu tadi akan memeroleh inside permit (tiket masuk) ke komplek tersebut. Bahkan mungkin dibutuhkan waktu berkali-kali untuk bisa mendapatkan inside permit tersebut.
Sama halnya ketika tetiba saja ada sebuah ide, atau informasi atau bahkan kebiasaan baru yang akan kita mulai. Apakah kita langsung mau menerima ide, informasi atau kebiasaan baru tadi? Tentu tidak bukan? Diperlukan jeda waktu sampai akhirnya ide tadi diterima dengan sempurna.
Sekarang kita kembali pada tugas satpam komplek tadi. Ketika sang tamu ternyata bukan sekedar bertamu. Dia ternyata penghuni baru komplek tersebut. Semua itu dibuktikan dengan surat kepemilikan rumah, surat pengantar dari kelurahan dlsb, maka kemudian alih-alih mengusir, para satpam justru berebut untuk mengantarkan sang tamu ke rumah baru mereka.
Masalah muncul ketika ternyata alamat rumah yang dituju sang tamu sudah berpenghuni. Oo rupanya si penjual rumah belum bersedia pindah dari rumahnya. Di sini dibutuhkan ketegasan dan campur tangan hukum untuk menentukan siapa yang paling berhak menempati rumah tersebut. Pada awalnya satpam pasti akan berpihak kepada penghuni lama karena sudah mengenalnya sejak lama. Namun dengan semua kelengkapan dokumen yang dimilikinya, sang tamulah yang akan memenangi perselisihan tersebut. Maka mulai hari itu, rumah dengan alamat dimaksud sudah berganti penghuni.
***
Sidang Pembaca yang budiman, retorika ini mirip dengan dimulainya sebuah kebiasaan baru untuk menggantikan kebiasaan lama yang kurang memberdayakan. Pada awalnya PBS kita akan mempertahankan kebiasaan lama dan mempertanyakan (manfaat) kebiasaan baru kita.
Seperti halnya satpam yang tak berkutik ketika sang tamu berhasil menunjukkan setumpuk dokumen yang membuktikan bahwa memang sang tamulah pemilik sah dari rumah tersebut, PBS juga dengan mudah akan non aktif menghadapi beberapa situasi sbb:
1. Pesan yang berulang (repetisi)
2. Figur otoritas
3. Identitas kelompok (crowd)
4. Emosi yang mendalam
5. Hipnosis
***
Oo jadi ketika sudah mengalami 5 situasi seperti itu maka dengan mudah kita bisa menerapkan sebuah kebiasaan baru dong?
Sabar Kawan, seperti yang saya bilang di atas bahwa PBS itu seperti satpam, maka tugasnyapun sangat mirip dengan satpam. Jika Anda perhatian, maka Anda akan melihat satpam ketika berkeliling kompleks sambil membawa kotak besi kecil. Itu namanya Guard Tour Patrol System (GTPS). Di dalam kotak kecil itu terdapat lubang kunci yang mesti diputar dalam periode tertentu. Lalu dimanakah anak kunci pemutarnya? Dipasang di lokasi sekeliling kompleks. Dengan sistem seperti ini maka mau tak mau satpam yang sedang mendapatkan giliran jaga akan berkeliling komplek sesuai jadwal untuk kemudian memutar lubang kunci pada GTPS. Di dalam GTPS terdapat kertas pencatat waktu dan lokasi setiap kali lubang kunci diputar.
Nah rupanya PBS juga memiliki fungsi seperti ini. Dia akan berkeliling lingkungan kebiasaan kita, dan ketika pada satu titik kebiasaan dia menemukan kejanggalan, dia akan berusaha mengembalikan kejanggalan tadi ke posisi semula. Sistem ini dikenal dengan istilah homeostatis. Menurut Walter Bradford Cannon (American Physiologist) homeostasis adalah Kemampuan proses fisiologis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dan kecenderungan semua jaringan hidup guna memelihara dan mempertahankan kondisi setimbang atau ekuilibrium.
Ternyata sistem homeostatis ini tidak hanya berlaku untuk kondisi fisilogis namun juga berlaku untuk kondisi psikologis. Itulah salah satu alasan kenapa saya termasuk terapis yang tidak percaya dengan terapi instant sekali jadi. Meski menggunakan teknik hipnosis yang dikenal instant, namun saya masih menghargai kinerja satpam eh PBS dalam menjaga sistem homeostatis ini. Sehingga minimal terapi yang mangkus adalah 2 atau 3 kali (termasuk tasking). Kenapa begitu? Ketika satpam tadi sedang patroli, mesti ada yang membackup kebiasaan baru, sampai dia menjadi permanent resident in our mind.
Sila tebar jika manfaat
Tabik
-haridewa-
Happiness Life Coach
Professional Hypnotherapist
www.thecafetherapy.com