"Mulai dari nol ya Pak", pegawai pom bensin cantik dengan seragam dominan merah itu menyapa saya sebelum mulai mengisi bbm ke mobil saya.
Saya hanya tersenyum sambil mengangguk untuk kemudian larut lagi membaca beberapa pesan yang masuk ke HP saya. Lumayanlah ada waktu beberapa menit untuk sekedar menyapa beberapa kawan.
Beberapa tahun yang lalu, boro-boro ada salam semacam itu, selain rata rata karyawannya pria, berbaju kusut serta tanpa senyum.
Jika panggilan alam tak tertahankan selama perjalananpun sekarang pom bensin lokal itu sudah bisa menjadi pilihan. WC serta kamar mandinya bersih, wangi serta terang. Tempat untuk shalat juga tersedia dengan bagus.
Jauh sekali dibanding beberapa tahun silam dimana toiletnya cuma seadanya. Sudah bau, kotor, kran macet, bohlam padam dan seabreg ciri tempat jin buang anak lainnya.
***
Sidang Pembaca yang berbahagia, kira kira ingatkah Anda sejak kapan terjadi perubahan pada pom bensin lokal tadi?
Bukan, bukan waktu yang saya maksud, tapi apa penyebabnya?
Ya, Anda benar sejak terjadi regulasi bahwa pom bensin asing boleh beroperasi di Indonesia. Ada di hijau, si kuning orange atau putih merah biru. Semua hadir dengan kelengkapan kenyamanan yang sangat _owsem_. Maka meski harga terkadang berbeda sedikit lebih tinggi maka berbondong-bondonglah pelanggan menyerbu pom bensin luar tadi.
Menghadapi situasi seperti ini rupanya para pemangku kepentingan di bidang energi nasional yang menaungi pom bensin lokal tadi kemudian berbenah. Mereka mulai meng- copy paste fasum yang dimiliki oleh pom luar negri tadi. Bahkan mereka juga mulai membuat standar baru dan slogan baru yaitu Pasti Pas.
Alhasil lambat laun para pelanggan pom lokal mulai kembali melirik lagi dan sekarang para pelanggan bahkan memiliki pilihan.
Bukankah memiliki pilhan itu lebih baik dari pada tidak sama sekali?
***
***
Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengikuti sebuah sesi seminar yang membahas tentang kompetisi.
Bahwa tingkatan kompetisi itu ada 2:
- Berkompetisi melawan orang lain. Kita bisa merasa puas ketika ujian matematika mendapatkan angka 6 karena kawan lain hanya mendapat nilai 4 dan 5. Padahal angka 6 itu sebenarnya bukan temasuk angka bagus. Kompetisi ini sebenarnya justru akan menjerumuskan kita pada kepuasan semu belaka.
- Berkompetisi melawan diri sendiri. Inilah kompetisi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang juara sejati. Senantiasa berproses menjadi lebih baik dan lebih bagus. Continuous Improvement atau kaizen.
Bukankah agama juga mengajarkan bahwa kalau hari ini lebih jelek dari kemarin itu adalah celaka namanya. Merugi ketika hari ini sama dengan hari kemarin.
Maka beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Anda sudah tahu khan bagaimana cara agar selalu beruntung?
Salam Bahagia
Tabik
-haridewa-