Kamis sore akhirnya pesawat yang membawa saya dari Jakarta berhasil juga touch down di landasan pacu Bandara Adi Sucipto Yogyakarta setelah berputar-putar sekitar 30 menit di atas kota Yogyakarta. Beberapa kali pesawat terasa 'ngajlok' ke bawah karena mengalami turbulensi ketika mencoba menembus hujan lebat yang memang sudah melanda sepanjang perjalanan dari Jakarta.
Rasa syukur terucap dari kami para penumpang begitu pesawat mendarat dengan sempurna. Maka meski mendapat pesan whatssapp dari seorang kawan yang sedianya jemput namun urung, hati ini tak terlalu terganggu. Apalah artinya pembatalan tersebut dibandingkan dengan selamatnya pesawat yang kami tumpangi.
Sambil mendorong troly bermuatkan koper, tas ransel serta 2 koli materi pelatihan menuju pintu keluar, saya memesan layanan transportasi online. Sepanjang selasar, layanan taksi bandara menawarkan jasa manis mereka, namun saya tolak halus dengan alasan sudah ada kawan yang akan jemput.
Dan ketika saya menunggu di halte taksi bandara tadi, saya mendapat telpon dari driver taksi online yang saya pesan, sebut saja namanya Roy.
"Dengan Bapak Haridewa? Saya Roy dari taksi online. Jadi mau dijemput dimana Pak?"
"Di bandara Mas Roy. Saya duduk di haltenya taksi bandara"
"Waduh maaf Pak Hari, saya tidak berani ke sana. Beberapa waktu yang lalu ada kejadian driver taksi online yang ditelanjangi dan mobilnya dirusak ketika nekat menjemput penumpang di dalam bandara. Saya tunggu di sebelah imigrasi, Bapak jalan sedikit ke depan ya?"
"Dalam hujan deras begini, Anda minta saya berjalan ke depan Mas Roy?. Apalagi sambil membawa koper dan 2 karton materi? Ah, seandainya Anda jadi saya, apa iya Anda akan melakukannya Mas? Dari suara Anda, saya tahu Anda itu orang baik. Saya yakin Anda pasti mau bantu saya. Iya khan Mas?"
"Emmmm, bagaimana ya? Baiklah saya jemput Bapak. Tapi HP jangan dimainkan ya Pak. Saya pakai Mobilio Dark Silver"
"Siap Mas Roy, saya pakai jaket hitam dan topi laken. Terimakasih Anda mau jemput saya"
***
"Di bandara Mas Roy. Saya duduk di haltenya taksi bandara"
"Waduh maaf Pak Hari, saya tidak berani ke sana. Beberapa waktu yang lalu ada kejadian driver taksi online yang ditelanjangi dan mobilnya dirusak ketika nekat menjemput penumpang di dalam bandara. Saya tunggu di sebelah imigrasi, Bapak jalan sedikit ke depan ya?"
"Dalam hujan deras begini, Anda minta saya berjalan ke depan Mas Roy?. Apalagi sambil membawa koper dan 2 karton materi? Ah, seandainya Anda jadi saya, apa iya Anda akan melakukannya Mas? Dari suara Anda, saya tahu Anda itu orang baik. Saya yakin Anda pasti mau bantu saya. Iya khan Mas?"
"Emmmm, bagaimana ya? Baiklah saya jemput Bapak. Tapi HP jangan dimainkan ya Pak. Saya pakai Mobilio Dark Silver"
"Siap Mas Roy, saya pakai jaket hitam dan topi laken. Terimakasih Anda mau jemput saya"
***
Singkat kata saya berhasil diantarkan ke hotel tempat acara training akan saya lakukan hari ini dengan selamat, menggunakan Honda Mobilio yang terlihat masih baru, ditandai dengan beberapa panel yang masih terbungkus plastik. Sepanjang perjalanan saya ceritakan apa profesi saya dan apa kegiatan saya selama di Yogyakarta. Mas Roy adalah sarjana perhotelan asal Kalimantan yang baru lulus yang sedang merintis sebuah usaha sambil menjalankan taksi online tadi.
Saya tanya Mas Roy, kenapa dia bersedia menjemput saya dengan risiko yang sedemikian besar hanya untuk ongkos Rp 30 ribu. Dia hanya menjawab bahwa ada keinginan untuk membantu saja, meski dia sadar ada sebuah risiko besar yang mengintainya. Kami lanjutkan diskusi sepanjang jalan menuju hotel, karena jalanan agak macet dikarenakan hujan yang belum juga reda. Dia banyak bertanya mengenai keilmuan hipnosis dan NLP yang saya pelajari selama ini. Dengan senang hati saya juga ceritakan beberapa aplikasi komunikasi persuasif yang membuat orang lain tak mampu menampik permintaan (bahasa halus dari perintah) kita. Saya perhatikan dia manggut-manggut mencoba mencerna informasi yang mungkin baru bagi dirinya. Tak terasa kami sudah sampai di loby hotel, dan sebelum saya turun akhirnya Mas Roy mengajukan sebuah pertanyaan yang rupanya dipendamnya sepanjang perjalanan,
"Jadi saya tadi dihipnotis ya Mas Hari, makanya saya mau jemput?" (Dia sudah tidak memanggil saya Pak, tapi Mas)
"Ooo tentu tidak Mas Roy. Anda adalah orang baik maka mau jemput saya. Besok hadir di kelas saya ya kalau mau tahu rahasianya"
***
"Ooo tentu tidak Mas Roy. Anda adalah orang baik maka mau jemput saya. Besok hadir di kelas saya ya kalau mau tahu rahasianya"
***
Hehehe, bagi Anda yang pernah belajar NLP tentu tahu teknik apa yang saya gunakan untuk membujuk Mas Roy tadi.
Yang pertama saya gunakan As If Frame. 'Ah, seandainya Anda jadi saya, apa iya Anda akan melakukannya Mas?'
Sebuah framing yang membuat lawan bicara ikut merasakan situasi yang sedang kita rasakan. Ketika lawan bicara sudah merasakan situasi kita maka diharapkan mereka bisa mengerti kebutuhan kita saat itu, dan hal ini akan memengaruhi pengambilan keputusan mereka yang akan menguntungkan diri kita.
Teknik kedua adalah Mind Reading.
'Dari suara Anda, saya tahu Anda itu orang baik. Saya yakin Anda pasti mau bantu saya. Iya khan Mas?'
Kalimat yang saya ucapkan itu seolah saya bisa mengerti apa yang dipikirkan Mas Roy, setelah saya lakukan As If Frame tadi. Maka proses berpikir yang berada dalam benak Mas Roy saat itu menjadi lebih singkat, karena sudah saya bantu menegaskan bahwa orang baik pasti mau membantu orang lain. Alhasil dia memutuskan untuk menjemput saya ke dalam bandara, tanpa memedulikan risiko yang mungkin terjadi.
Yah itulah NLP, selalu mudah dan memudahkan hidup kita.
Terimakasih Mas Roy.
Semoga Workshop NLP Practitioner hari ini dan besok lancar. Aamiin
Tabik
- haridewa -
Happiness Life Coach
NLP Trainer
08179039372
- haridewa -
Happiness Life Coach
NLP Trainer
08179039372