Sekalian mudik lebaran tahun ini, saya mengantar anak sulung yang ingin kuliah di Fakultas Psikologi UGM. Dan untuk mendapatkan suasana kampus maka kami berencana untuk menginap di penginapan kampus tersebut sehingga pagi hari kami dapat berjalan kaki di bilangan bulaksumur.
Kebetulan saat itu masih ada beberapa kamar kosong maka saya langsung memesan sebuah kamar di lantai 1. Namun ketika kami (berlima) mau memasuki kamar, pihak wisma mengatakan bahwa satu kamar hanya bisa ditempati oleh maksimal 3 orang. Itu sudah peraturan dari pihak manajemen. Saya sempat protes dengan aturan itu, karena saya merasa satu kamar sudah cukup untuk kami berlima. Dan ketika saya bertanya kenapa kami tidak boleh masuk berlima sementara tempatnya muat. Jawaban dari resepsionis sangat sederhana: karena itu sudah peraturan, kalau mau berlima silakan pesan extra bed!
Kemudian saya tunjukkan sebuah tulisan yang tertempel dinding lobi yang merupakan slogan mereka yaitu: Rasane ngomah lan Ngangeni (Serasa berada di rumah dan selalu ingin kembali). "Kalau begitu apa arti slogan itu? Bukankah kalau di rumah kita terbiasa beramai-ramai dalam satu kamar. Bukankah yang membuat kita kangen itu perlakuan yang kita dapatkan dengan baik? " Dengan sederhana lagi resepsionis menjawab bahwa slogan itu tidak ada hubungannya dengan peraturan sekamar maksimal bertiga. Kalau tidak puas dengan pelayanan di sini silakan hubungi nomor yang tertulis di dinding lobi. Lagi-lagi mereka berlindung di balik peraturan.
Meski saya kecewa namun saya tidak ingin menyalahkan resepsionis yang 'hanya' menjalankan peraturan tadi. Yang saya sesalkan adalah ketidakpahaman mereka mengatasi komplain pelanggan. Apakah mereka tidak pernah mendapatkan training service excellence? Kalau begitu slogan yang tertempel di dinding lobi itu hanya menjadi WOW alias word of wall. Tak ada makna sama sekali. Apalagi menjadi nilai pelayanan yang diyakini oleh karyawannya. Saya sempat berkata kepada resepsionis untuk melepas saja slogan itu! Alhasil kami membatalkan pesanan kamar di wisma tersebut.
Seharian itu kami melanjutkan jalan-jalan ke beberapa tempat wisata di Yogyakarta sampai akhirnya ketika sudah kelelahan kami kemudian mencari tempat untuk beristirahat. Kebetulan kami sedang berada di bilangan Pawirotaman, salah satu daerah di Yogyakarta yang memang terkenal dengan homestay-nya. Entah kenapa saya kok menghentikan mobil di depan penginapan yang bernama Sunarko House. Begitu masuk, saya disambut oleh seorang ibu yang sudah cukup usia yang langsung menyapa saya dengan keramahan luar biasa khas Jawa. Bu Narko, begitu beliau menyebut dirinya kepada saya kemudian menunjukkan sebuah kamar yang tersisa, sambil mengatakan silakan dipikir dulu karena beginilah keadaan wisma Ibu. Kamar itu lebih luas dari kamar di wisma yang siang tadi nyaris saya pesan. Tempat tidurnya juga lebih luas, dengan kebersihan yang tak juga kalah dengan wisma sebelumnya. Ketika saya tanya mengenai breakfast apakah akan ada over charge karena kami berlima, Bu Narko cuma tersenyum, "Nggak usah dipikirin, besok saya minta mbaknya untuk nambah". Bagaimana dengan waktu check out. "Mau sampai sore juga boleh", kata Bu Narko lagi. Dan ketika saya tanya harganya ternyata lebih murah!
Mungkin karena masih suasana lebaran maka di ruang TV banyak makanan yang boleh kami makan dengan free. Bahkan malam itu Bu Narko tidak meributkan mengenai pembayaran atau identitas dlsb, karena tahu bahwa kami kelelahan, Beliau langsung menyilakan kami untuk beristirahat. Malam itu kami tidur dengan nyenyak, serasa di rumah sendiri.
Meski dikelola secara sederhana dan tak ada slogan yang terpampang di dinding kecuali foto keluarga dan foto beberapa artis yang telah menjadi pelanggan Sunarko House namun kami merasa at home dan ingin mengulangi pengalaman menginap di sana.
Meski dikelola secara sederhana dan tak ada slogan yang terpampang di dinding kecuali foto keluarga dan foto beberapa artis yang telah menjadi pelanggan Sunarko House namun kami merasa at home dan ingin mengulangi pengalaman menginap di sana.
Inilah yang sebenarnya : Rasane Ngomah lan Ngangeni! Terima kasih Bu Narko...